Duka diawal tahun…

Ketika satu persatu berita duka itu kudengar…

Minggu pertama kai yang baru kujenguk persis 2 minggu sebelumnya, minggu berikutnya julak ruga-ku yang sudah lebih 2 tahun tak pernah kusambangi. Hanya ucapan spontan “Innalillahi wa innailaihirojiun” serta bacaan Al Fatihah saja yang mampu keluar dari mulut ini. Ada rasa sesak didada yang memaksa buliran air menetes melalui kedua kelopak mataku.

Ya Allah, Ampunilah dosa-dosa Almarhum Kai dan Almarhumah Julakku, dan terimalah segala amal kebaikannya.

 

Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan-Nya

Anda Sedang Mengalami Cobaan Hidup Yang Sangat Berat? Inilah Rahasia Allah Yang Baik Untuk Direnungkan…..

Muazzin Ramadhan mulai menunjukan sayap sayap anggunnya. Tak ragu lagi fajar fajar penuh keberkahan itu telah menyingsing di kota Riyadh, masha Allah… ahlan ya Ramadhann.. pohon kurmapun seperti bahagia… mereka berbuah lagi, sebentar lagi ranum menyambut Ramadhan di kota ini.

Alhamdulillah… Kota ini adalah lautan inspirasi bagiku.

Dimana atas izin ALLAH pena ini mulai kugoreskan diawal 2010 lalu. Begitu banyak inspirasi yang melintasi kota dihatiku,..

Sebenarnya, tulisan saya ini adalah ungkapan terimakasih saja… Ungkapan bahagia atas kemerduan hidayah Nya, saat inspirasi demi inspirasi itu datang bertaburan menyentuh dan menggetarkan dinding hati yang berdebu ini. Hingga terlintas rasa ingin untuk mencatatnya, sekedar pelepas dahaga jiwa sesiapa saja yang dikehendaki Nya..

Selebihnya saya hanya hamba ALLAH biasa saja, cendrung lemah dan berubah-ubah.

Semoga kebahagiaan yang kulukiskan dari sudut sudut di kota ini terpancar hingga ke seluruh kota di hatimu.. Menggetarkannya, melembutkan dan mengingatkanmu tentang kerinduan kepada sebuah tempat, sebuah kota yang pasti akan kita temui. Kota Akhirat yang Abadi!!!

Kulantunkan segala Puji bagi ALLAH yang memiliki ribuan – atau jutaan, hingga angka angka tak terbatas – cerita dalam kenaggunan lukisan Hidayah NYA yang tersirat di Alam semesta ini.

Ditengah gemuruhnya kota, ternyata Riyadh menyimpan banyak kisah. Kota ini menyimpan rahasia rahasia yang hanya diperdengarkan kepada telinga telinga dan hati yang mendengar. Tentu sahaja, Hidayah adalah kehendak NYA dan Hidayah hanya akan diberikan kepada mereka yang mencarinya.

Ada sebuah energi yang luar biasa dari cerita yang kudengar beberapa hari yang lalu dari sahabat Muslim Srilanka yang berkerja disini. Ia adalah chef (juru masak) yang bekerja di InterContinental Riyadh Hotel bersamaku.

Sungguh cerita itu membuat mata saya berkabut. Air mata itu serasa ingin menetas lagi saat saya menulisnya kembali. Semoga menjadi perenungan dan tafaqur di Ramadhan ini. It’s ammazing, sungguh saya merasakan pancaran energinya yang memperkokoh jiwa dan kesabaran.

Entahlah darimana saya harus memulainya. Saya tidak ahli dalam bercerita, tapi ini adalah cerita nyata yang benar benar harus kalian dengar..!!!

Harus kalian dengar tentang sebuah cerita nyata, keajaiban sabar… A TRUE STORY, THE MIRACLE OF SABAR..

Sahabat sahabat mulia yang dimuliakan Allah.

Hidup diluar negeri itu memang berat, bisa jadi teramat berat jika kita tidak memiliki keahlian tertentu yang membuat diri kita memiliki ‘nilai jual’.

Bekerja diluar negeri itu keras. Apa lagi berada diantara kerasnya nuansa timur tengah! Jika masih ada pilihan lain, sebaiknya jangan mencoba menjatuhkan pilihan di negeri yang tak ramah ini. Negeri sendiri adalah tempat terbaik yang tidak akan pernah tergantikan.

Teman saya, mengatakan “Di desa itu justru indah. Disana kita bisa menanam padi untuk makan, disana ada danau atau sungai dimana kita bisa mengambil ikan sebagai teman nasi, kalau kita butuh sayur juga tinggal tanam atau beli dengan harga murah..”

Saya bergumam dalam hati, “Iya benar..” Di Indonesia masih bisa santai saat ac mati. Tapi di timur tengah? Kulit pasti tak akan tahan, suhu udara rata rata kadang hingga 50 derajat celcius..

Negeri ini adalah hamparan gurun tandus. Badai debu bisa datang kapan saja menyelimuti kota, menyesakan nafas nafas dan memperpendek jarak pandang.

Disini beda dengan suasana di Ciwalk – Bandung. Setiap sore hingga malam seru dengan pejalan kaki santai. Si akang tukang cireng laris dikerumuni remaja atau mahasiswa hingga larut malam.

Tapi di Timur tengah?

Disini tak ada pedagang asongan, jangan harap bisa menemukan warteg dengan paket nasi goreng plus teh botol..

Disini hampir tidak terlihat pejalan kaki. Disini tidak ada mikrolet atau angkot kuning jurusan setiabudi – cicaheum. Disini hanya ada taksi, dan tak ada cerita jalan kaki. Kehidupan jalan tak ramah. Gedung-gedung berdiri garang dan angkuh.

Kota ini tidak ramah. Tak ada celah bagi yang belum siap berjuang dengan segala keahlian untuk menaklukannya.

Tapi meski demikian… Banyak para pekerja yang datang ke negeri ini. Di hotel tempat saya bekerja saja ada sekitar 700 orang dari 17 Negara berbeda..

Saya mengenal banyak dari mereka. Ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri.

Ada beberapa dari mereka dari suku Arab yang tinggal dibenua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan, Afrika. Saya mengenalnya dengan nama Ammar Musthafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga bekerja di Hotel ini.

Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya berkerja. Biasanya saya melihat ia bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek renovasi hotel di tengah terik matahari kota riyadh yang membakar kulit.

Hari itu Ammar tidak terlihat. Karena penasaran, saya coba tanya kepada Iqbal tentang kabarnya. Iqbal adalah teman saya, seorang Muslim dari Srilanka.

“Oh kamu tidak tahu?” jawab Iqbal balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan prononsiasi urdhu yang pekat.

“Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?” Jawab saya.

Selepas itu, tanpa saya duga, Ikbal mulai bercerita panjang lebar tentang Ammar. Ia menceritakan tentang hidup Ammar yang pedih dari awal hingga akhir, semula saya keheranan melihat matanya yang menerawang jauh. Seperti berusaha memanggil kembali sosok teman yang beberapa waktu tinggal menumpang dikamar apartemennya.

Saya mendengarkannya dengan seksama.

Ternyata Amar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004. Ia datang ke Negeri ini dengan tangan kosong, dia nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di Kota ini.

Saudi arabia memang memberikan free visa untuk Negara Negara Arab lainnya termasuk Sudan, jadi ia bisa bebas mencari kerja disini asal punya Pasport dan tiket.

Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.

Do’a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal di apartemen teman-temannya.

Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan untuk keluarganya di Sudan. Ia tetap mencari celah dan kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan.

Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat…Bulan ketiga hingga tahun-tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir.

Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di Kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana Kota yang garang.

Amar tetap bertahan dalam kesabaran.

Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa menemukan buah buah atau seteguk air dari sungai..

Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing.

Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia. Hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Dihampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun..

Amar seperti terjerat di belantara Kota ini. Pulang ke Sudan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya di negeri Sudan.

Itu tekadnya.

Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya. Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan dahaga untuk raganya disini.

Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan haus dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi untuk keluarganya di Sudan.

Tapi Ammar pun Manusia.

Ditahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, lima tahun sudah ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya. Tapi kehidupannya tidak kunjung berubah.

Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Sudan.

Tekadnya telah bulat untuk kembali menemui keluarganya, meski dengan tanpa uang yang ia bawa untuk mereka yang menunggunya.

Saat itupun sebenarnya ia tidak memiliki uang, meski sebatas uang untuk tiket pulang. Ia memaksakan diri menceritakan keinginannya untuk pulang itu kepada teman-teman terdekatnya. Dan salah satu teman baik Ammar memahaminya, ia memberinya sejumlah uang untuk beli satu tiket penerbangan ke Sudan.

Hari itu juga Ammar berpamitan untuk pergi meninggalkan kota ini dengan niat untuk kembali ke keluarganya dan mencari kehidupan di sana saja.

Ia pergi ke sebuah Agen di jalan Olaya- Riyadh, utuk menukar uangnya dengan tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini sulit didapat karena imbas konflik di Libya, Negara tetangganya.

Tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja.

Ammar pun beli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya. Ia memesan dari saat itu supaya bisa lebih murah. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan.

Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya. Tadi pagi ia tidak sarapan karena sudah tidak sanggup lagi menahan malu sama temannya, siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan kebiasaan itu.

Adzan dzuhur bergema… Semua Toko-toko, Supermarket, Bank, dan Kantor Pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security Kota berjaga jaga di luar kantor-kantor, menunggu hingga waktu Shalat berjamaah selesai.

Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh. Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu.. memabasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air.

Lalu ia masuk mesjid. Shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Lalu ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah.

Hanya disetiap shalat itulah dia merasakan kesejukan. Ia merasakan terlepas dari beban Dunia yang menindihnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap menit dalam sujudnya.

Disanalah ia biasanya mengadu kepada kekasihnya… Pemilik Alam Semesta.

Ia mewarnai setiap sujudnya dengan isakan ketulusan, menghambakan dirinya kepada Allah azza wajala..

Shalat telah selesai. Ammar masih bingung untuk memulai langkah. Penerbangan masih seminggu lagi.
Ditangannya hanya ada selembar tiket. Sakunya telah kering dari minggu lalu. Semua uang yang ia dapati dari hasil kerjanya satu bulan terakhir dikirim kerumah untuk makan anak anak dan istrinya.

Ia terdiam.

Dilihatnya beberapa mushaf al Qur’an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengambil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan menikmati al Qur’an hingga adzan Ashar tiba menyapanya. Selepas Maghrib ia masih disana. Beberapa hari berikutnya, ia memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba.

Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya. Seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota itu.

Ammar mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa-jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing menyapa.

Adzannya memang khas. Hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince di kota itu juga terpanggil untuk shalat Subuh berjamaah disana.

Adzan itu ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh. Hingga jadwal penerbanganpun tiba.

Ditiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya.

Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota.

Amar sudah duduk diruang tunggu dibandara. Penerbangan sepertinya sedikit ditunda, 15 menit sudah berlalu dari jadwal ia terbang. Kecemasan mulai meliputinya.

Hatinya pilu, ia harus pulang kenegerinya tanpa uang sedikitpun. Padahal lima tahun ini tidak sebentar, tapi ia tidak gentar. Lima tahun itu ia lalui dengan sisa sisa kesabarannya, ia lega karena sudah berusaha semaksimal mungkin. Ia memahami bahwa dunia ini hanya persinggahan.

Ia tidak pernah mencemari kedekatannya dengan pemilik Alam semesta ini dengan keluhan. Ia tetap berjalan tertatih memenuhi kewajiban kewajibannya, sebagai Hamba Allah, sebagai Imam dalam keluarga dan ayah buat anak anaknya.

Diantara lamunan kecemasannya, ia dikejutkan oleh suara yang memanggil manggil namanya.
Suara itu datang dari speaker dibandara tersebut, rasa kagetnya belum hilang Ammar dikejutkan lagi oleh sekelompok berbadan tegap yang menghampirinya.

Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata “Prince memanggilmu”.

Ammarpun semakin kaget jika ia ternyata mau dihadapkan dengan Prince. Prince adalah Putra Raja, kerajaan Saudi tidak hanya memiliki satu Prince. Prince dan Princess mereka banyak tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini. Mereka memilii Palace atau Istana masing masing.

Keheranan dan ketakutan Ammar baru sirna ketika ia sampai di Mesjid tempat ia menginap seminggu terakhir itu, disana pengelola masjid itu menceritakan bahwa Prince merasa kehilangan dengan Adzan fajar yang biasa ia lantunkan.

Setiap kali Ammar adzan, Prince selalu bangun dan merasa terpanggil… Hingga ketika adzan itu tidak terdengar lagi, Prince merasa kehilangan. Saat mengetahui bahwa sang Muadzin itu ternyata pulang kenegerinya Prince langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar yang saat itu sudah mau terbang..

Ammar sudah berhadapan dengan Prince. Prince menyambut Ammar dirumahnya, dengan beberapa pertanyaan tentang alasan kenapa ia tergesa pulang ke Sudan?

Amarpun menceritakan bahwa ia sudah lima tahun di Kota Riyadh ini, tapi tidak pernah mendapatkan kesempatan kerja dengan gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya.

Prince mengangguk nganguk, ia bertanya: “Berapakah gajihmu dalam satu bulan?”

Amar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji sama sekali, bahkan berbulan bulan tanpa gaji dinegeri ini.

Prince memakluminya. beliau bertanya lagi: “Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu terima?”

Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun kebelakang. Ia lalu menjawabnya dengan malu: “Hanya SR 1.400”, jawab Ammar.

Prince langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menghitung uang. 1.400 Real itu dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (Setara Rp. 184. 800.000).

Saat itu juga bendahara Prince menghitung uang dan menyerahkannya kepada Amar.

Tubuh Amar bergetar melihat keajaiban dihadapannya. Belum selesai bibirnya mengucapkan Al Hamdalah…

Prince baik itu menghampiri dan memeluknya seraya berkata: “Aku tahu, cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan… Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini. Lalu kembali lagi setelah 3 bulan. Saya siapkan tiketnya untuk kamu dan keluargamu kembali ke Riyadh. Jadilah Bilall dimasjidku.. hiduplah bersama kami di Palace ini”

Ammar tidak kuasa lagi menahan air matanya.
Ia tidak terharu dengan jumlah uang itu, uang itu memang sangat besar artinya di negeri Sudan yang miskin.

Ammar menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikannya, kesabarannya selama lima tahun ini diakhiri dengan cara yang indah.

Ammar tidak usah lagi membayangkan hantaman sinar matahari disiang hari yang membakar kulitnya. Ammar tidak usah lagi memikirkan kiriman tiap bulan untuk anaknya yang tidak ia ketahui akan ada atau tidak.

Semua berubah dalam sekejap!
Lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar.
Tapi masa yang teramat singkat untuk kekuasaan Allah.

Nothing Imposible for Allah,
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah..

Bumi inipun Milik Allah,..
Alam semesta, Hari ini dan Hari Akhir serta Akhirat berada dalam Kekuasaan Nya.

Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan.
Ini adalah cerita nyata yang tokohnya belum beranjak dari kota ini, saat ini Ammar hidup cukup dengan sebuah rumah di dalam Palace milik Prince.

Sungguh ia dianugerahi oleh Allah di Dunia ini hidup yang baik, ia menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh.

Tidak sadar mata saya berkaca kaca..
Iqbal yang berceritapun terlihat mengeluarkan sapu tangan dan mengusapkan kewajahnya.

Subhanallah…
Seperti itulah buah dari kesabaran.

‎”Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya. Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran karena sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan-Nya“.

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”. (Al Fushilat 35)

Allahuakbar!
Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Oleh: Nuruddin
Riyadh 2011

Karena bagiku tulisan ini bagus, sederhana namun menginspirasi
*Mengutip dari blog kepala sekolahku di SMP YPPSB, Bapak Joko Wahyono 🙂

KPR

18 April 2016
Alhamdulillah selama ini aku termasuk orang yang selalu mencoba menghindari hutang, meskipun penghasilan pas-pasan, pas butuh pas ada (Alhamdulillah lagi). Tapi belakangan ini aku ngebetttt banget pingin punya rumah sendiri, tapi apa daya dari segi tabungan rasanya mustahil tuk bisa beli rumah secara cash dalam waktu dekat. Tapi, serasa mendapat angin segar ditengah terpaan hawa panas (cieee bahasanya)….tiba-tiba banyak banget berseliweran tawaran-tawaran marketing perumahan tentang rumah siap huni dengan DP murah dan cicilan ringan lewat KPR, maka bertambah kuatlah keinginanku untuk mewujudkan impian punya rumah sendiri. Bahkan aku sempat merasa bahwa inilah jawaban dari doa-doaku selama ini. Tapi KPR? aku belum pernah berurusan dengan pihak bank soal pinjam meminjam dana, apalagi tuk KPR yang jumlahnya sampai ratusan juta rupiah. Tapi yang namanya sudah ngebet, ya sudah dijabanin…berkas-berkaspun kupersiapkan selengkap mungkin, sampe materaipun aku siapin sendiri…hihii (maksudnya biar gak bolak balik lagi). Setelah lengkap akupun tinggal menunggu kabar dari pihak developer dan bank mengenai permohonan KPR ku, kalau di acc bank, berarti otomatis rumah itu siap kutempati…yesssss….beragam rencana sudah tersusun rapi dibenakku mengenai tata letak barang dan susunan kamar tuk lala dirumah baru kami nanti. Akupun yakin semuanya akan berjalan lancar karena pihak developer berjanjji akan ikut membantu mempermudah semuanya.
Tapi….sejujurnya, dilubuk hatiku terdalam, bimbang itu selalu menghantui, ada ketakutan luar biasa yang kurasakan, entah kenapa aku juga seperti dihantui oleh perasaan bersalah, berdosa, melanggar apa yang dilarang-Nya…entahlah. Abis itu lagi baca-baca, mataku dipentokin dengan hadist ini “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad). Akhirnya aku cuma bisa berdoa, berharap, meminta agar diberikan kemantapan hati tuk memilih yang terbaik.
Nah kan, berhari-hari setelah berkasku diajukan ke bank, yang kurasakan malah gelisah, tapi anehnya kali ini bukan gelisah karena takut gak di acc bank, tp gelisah kalau di acc…lho kok?! Karena itu berarti aku harus membatalkan sepihak pembelian rumah pada developer, dan itu berarti uang tanda jadi yang kusetorkan ke developerpun akan hangus begitu saja. Kok batal sepihak? Yah, karena takutku akan riba Alhamdulillah dijadikan Allah lebih besar dibandingkan keinginanku untuk bisa sesegera mungkin punya rumah sendiri. Tinggal memberi pengertian pada gadis kecilku bahwa keinginannya tuk punya rumah sendiri harus ditunda dulu sementara waktu 🙂
Jadi kesimpulanku, disaat teman-teman seangkatanku banyak yang berazam untuk keluar dari riba, lantas kenapa aku malah harus memulainya?
#Tulisan ini adalah curhatan pribadi, sama sekali tidak bermaksud mendiskreditkan seseorang atau pihak tertentu, pilihan tetap ada pada masing-masing individu, karena alasan dan latar belakang seseorang dalam mengambil keputusan juga tentu tidaklah sama# Kipsmail….(eh kalo ini nama anaknya si caesar ya? hehee)

KENYANGKAN HAK ANAK PADA WAKTUNYA, MAKA IA AKAN MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA PADA WAKTUNYA.

Dari sisi beban tanggung jawab agamanya, maka perjalanan hidup manusia terbagi dalam tiga periode : masa pra-latih (di bawah 7 tahun), masa pelatihan/tadrib (7 – 12 tahun), dan masa pembebanan/taklif (di atas 12 tahun).

Maka orangtua yang bijak adalah orangtua yang menempatkan sang anak pada tempatnya. Mereka tak akan membebani anak sebelum masanya. Dalam hal ini tak berlaku kaidah lebih cepat lebih baik.

Hendaklah para orangtua takut akan datangnya Hari Pengadilan, di mana seorang anak mengadukan orangtuanya kepada Allah, karena mereka dipaksa latih sebelum waktunya, dan dibebani taklif syar’ie sebelum waktunya.

Saat ini banyak para orangtua dengan semangat beragama menggebu-gebu ingin sesegera mungkin melekatkan identitas syar’iyyah kepada anak-anaknya. Padahal agama menetapkan bahwa pelatihan dan pembiasaan syari’ah dimulai pada usia 7 tahun.

Contohnya : banyak orangtua yang telah menjilbabkan anak gadisnya pada usia yang masih sangat kecil, jauh sebelum 7 tahun, bahkan bayi. Maksudnya tentunya sangat baik, dalam rangka pembiasaan sejak dini. Begitu juga dengan orangtua yang menargetkan jumlah hafalan AlQur’an tertentu pada anak usia dini.

tulisan ini saya buat karena saya sedang menghadapi kasus siswa-siswa SMA yang dilaporkan orangtua mereka sebagai “tak lagi berkomitmen pada Islam”. Padahal waktu kecilnya mereka ditanamkan Al-Islam dengan baik dan ketat.

Dalam Islam, ada tiga periodisasi pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW, dan dibakukan oleh sejumlah ulama, seperti DR Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam kitab “Tarbiyatul Aulad”. Usia tadrib dimulai dari 7 tahun (“Ajarilah anakmu shalat saat dia telah berusia 7 tahun” => Hadits). Sedangkan usia taklif adalah saat aqil-baligh (agama menyebut mereka sebagai mukallaf).

Kalau toh ada sejumlah ulama yang mengalami akselerasi, saya yakin itu bukan hasil drilling para orangtua mereka. Tapi atas kesadaran sendiri karena nilai-nilai cinta yang telah ditanamkan para orangtua. Lalu orangtua memandu anak yang atas cinta dan kesadaran sendiri ingin menghafal AlQur’an dsb.

Jadi, walaupun kewajiban belajar calistung baru dimulai pada usia 7 tahun, tapi jika anak atas kemauan sendiri ingin belajar pada usia 5 tahun, ya silakan langsung dipandu. Jangan ditunda-tunda dengan alasan “belum waktunya”. Dan kunci dari “kesadaran sendiri” ini adalah KETELADANAN.

Ketika Rasulullah SAW bersabda : “Ajarilah anak-anakmu shalat ketika mereka telah berusia tujuh tahun”

Saat itu saya bertanya-tanya, kenapa Rasulullah SAW tidak berkata : “Ajarilah anak-anakmu shalat sedini mungkin” ???

Ternyata masa 7 tahun itu adalah masa memulai sebuah proses tadrib syar’ie. Teori-teori psikologi sangat banyak bicara rentang usia 7 – 12 tahun ini. Ternyata, Allah dan RasuNya selalu benar. Maka sebagai ummatnya, kita ya nurut Rasulullah SAW aja lah…

Tidak ada salahnya anak melatih dirinya sebelum itu, selama atas kesadarannya sendiri, hasil motivasi dan keteladanan dari kedua orangtuanya. Itulah yang disebut dalam psikologi sebagai Learning Readiness.

Tugas pendidikan sebelum 7 tahun adalah : TANAMKAN CINTA ATAS ALLAH. AL-ISLAM, RASULULLAH DAN ALQUR’AN, MELALUI MOTIVASI DAN KETELADANAN. Jika karena dorongan cinta itu akhirnya anak atas KEHENDAKNYA SENDIRI ingin mentadrib dirinya dengan syari’ah sebelum 7 tahun, maka tak dilarang membantu anak untuk melakukannya.

Misalkan contoh tadi, memaksakan berjilbab pada usia pra-latih itu nggak boleh, Tapi kalau anaknya sendiri yang kepengen, karena termotivasi atas keteladanan orangtuanya, ya silakan.Itu alhamdulillah banget.

Sekali lagi, jangan sampai anak kita kelak di Mahkamah Allah mengcomplain kita, karena kita merampas hak-hak yang telah Allah berikan pada mereka..

KENYANGKAN HAK ANAK PADA WAKTUNYA, MAKA IA AKAN MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA PADA WAKTUNYA.

Lebih banyak orang tua yang “santai” namun bertanggung jawab dalam pendidikan agama anak-anaknya, ternyata menghasilkan anak-anak yang lebih komit pada agamanya, daripada analk-anak hasil drilling dan paksaan orangtua.

Jangan lupa : KEHIDUPAN BAGAIKAN LARI MARATHON, DAN AKHIR ITU LEBIH PENTING DARIPADA PERMULAAN.

Pendidikan dasar harus kuat landasan agamanya. Yang salah adalah kalau di sekolah agama tersebut anak-anak kurang mendapatkan sentuhan aqidah, tapi malah syari’ah dan akhlaq melulu. Walau yang utama adalah tanggung jawab pendidikan agama itu di rumah, bukan di sekolah.

Allah menyatakan bahwa syariah itu taklif (beban), sesuatu yang anak nggak suka. Hanya aqidah lah yang membuat segala hal yang berat menjadi terasa ringan.

TAK AKAN ADA ANAK YANG MENCINTAI SHALAT. NAMUN JIKA DIA MENCINTAI ALLAH, MAKA DIA AKAN MENEGAKKAN SHALAT DENGAN PENUH KECINTAAN.

Landasan dari semua amal shaleh adalah iman/aqidah. Iman itu yang akan melahirkan kecintaan pada alhaq dan kebencian pada albathil. Rasulullah sendiri membangun iman selama 13 tahun di Makkah, baru menegakkan sebagian besar syari’ah di Madinah.

Maka, kunci utama pendidikan aanak adalah keimanan. Inilah yang harus ditekankan pada pendidikan usia dini.

MISI PENDIDIKAN ANAK KITA ADALAH MEMBENTUK MUSLIM KAAFFAH, BUKAN MEMBENTUK MUSLIM SPESIALIS AGAMA.

Ada anak dari kecil sudah dipesantrekan, sudah hafidz qur’an. Tapi menginjak dewasa malah kabur dari pesantren. Ada dua penyebabnya :

Pertama, iman dan keridhaan atas Allah sebagai rabb, Islam sebagai AdDiin, Muhammad sebagai Rasul tidak lagi menjadi landasan pendidikan agama anak-anak kita. Segalanya dibentuk paksa.

Kedua, segalanya dilakukan tidak pada waktunya. Ada semangat keislaman yang menggebu-gebu, tapi tanpa ilmu.

ANAK-ANAK YANG DIPESANTRENKAN, MAKA DO’A ANAK TAK AKAN SAMPAI PADA ORANGTUANYA, KARENA BUKAN ORANGTUA MEREKA YANG MENDIDIK MEREKA DIWAKTU KECIL.

Pesantrenkanlah anak setelah mereka aqil-baligh. Karena tujuan dari pendidikan adalah imunisasi, bukan sterilisasi. Yang kita inginkan adalah anak yang imun : anak yang kebel dari penyakit, walau disekitarnya banyak penyakit.

Anak yang disterilisasi dari “penyakit” justru akan mudah terkena penyakit. Dan Allah baru akan mengakui hambaNya beriman jika hambaNya telah melalui ujian iman.

———————–

Sharing tulisan dari Ustadz Adriano Rusfi, S.Psi. dari website tipspendidikananak.web.id

Semoga Bermanfaat untuk kita semua ^_^

Semua atas ijin Allah

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Barusan dapat informasi dari travel, keberangkatan umrohku insyaAllah baru akhir bulan depan. Ya Allah, satu hal yang buat aku agak cemas karena waktunya akan sangat berdekatan dengan jadwal UAS nya lala. Selama ini dia kalo belajar ya sama aku, trus ntar kalo aku berangkat umroh dalam waktu hampir 2 minggu lala belajarnya gimana?

Pingin nangis rasanya, karena jadwal umroh kali ini memang bukan atas kemauanku. Pada umroh-umroh sebelumnya selalu sesuai dengan jadwal awal, jadi ndak pake galau. Tanggal keberangkatan sudah diketahui jauh-jauh hari, dan belum pernah bentrok dengan jadwal sekolah lala, bahkan selalu bertepatan dengan masa libur panjang. Nah, umroh kali ini rencana awalnya berangkat pertengahan bulan April, tapi karena visanya belum keluar akhirnya diundur sampai akhir Mei. Kalo aja ini masih semester ganjil mungkin aku gak terlalu cemas, tapi ini ulangan semester genap yang menentukan kenaikan kelas dan prestasi untuk beasiswanya.

Ya Allah, memang tak ada sesuatupun yang terjadi dimuka bumi ini tanpa seijin-Mu, demikian juga dengan pengunduran jadwal umrohku kali ini. Karenanya Ya Allah…berikanlah kemudahan untuk putriku, anakku, buah hatiku dalam belajarnya meski tanpa aku disampingnya. Cerdaskan dia, mudahkan pemahamannya dengan tuntunan-Mu, muliakan akhlaqnya, jadikan dia anak yang berprestasi dimasa kecilnya, remajanya, hingga dewasanya dengan tetap berada pada jalan yang Kau ridhoi.

Sungguh umrohku kali ini atas seijin dan sekehendak-Mu jua ya Rabb, bersihkanlah hatiku agar senantiasa lurus meniatkan segala ibadahku hanya untuk-Mu.

Mudahkahlah perjalananku nanti, sehatkan fisikku, lancarkan ibadahku dan berikanlah kesehatan, kesabaran dan rejeki yang lapang lagi berkah pada mereka yang kucintai yang kutinggalkan ditanah air Ya Rahman Ya Rahim…Jadikanlah aku pribadi yang jauhhhhhhh lebih baik, dengan hati dan iman islam yang semakin kuat, semakin taat pada-Mu sepulangnya aku dari tanah suci nanti. Aamiin

I also wanna be Happy,,,

01 September 2014,,,

Aku juga ingin bahagia…aku ingin (kembali) merasakan cinta, cinta yang menyulut kerinduan kala jauh dan memanjakan kenyamanan saat berdekatan, cinta yang buatku tak merasa berkorban saat melakukan segalanya untuk dia.

Aku juga ingin bahagia, memiliki keluarga kecil yang sempurna, ayah, aku sebagai ibu serta anak-anak yang mengelilingi kami, tak banyak…karena aku juga tak memimpikan beranak banyak, cukup 2 atau maksimal 3 saja yang terbayang dibenakku, Lala sebagai si sulung dengan 1 atau 2 orang adik yang menemaninya berkegiatan.

Aku juga ingin bahagia, saat bisa pergi bersama si ayah dan anak-anak bertamasya, berlibur atau sekedar melewatkan akhir pekan bersama walau hanya pergi berenang, ke pemancingan atau bahkan tak keluar rumahpun tak masalah, asalkan bisa melewatkan waktu bersama mereka yang kucintai.

Aku juga ingin bahagia dengan mencintai seseorang yang patut kujadikan teladan dan imam rumahtanggaku, bukan dengan dia yang menganggap kepalsuan dan ketidakjujuran adalah hal yang biasa. Aku juga ingin bahagia dengan seseorang yang benar-benar kucintai, bukan dengan dia yang bahkan tidak bisa kumengerti.

Aku juga ingin bahagia dengan bisa berbagi, suka duka, senang sedih, bersama dalam cinta yang sesungguhnya. Bukan dengan dia yang hanya bisa berkata “cinta” tanpa pernah mau membuktikannya.

Desember,,,

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat
rasaku baru saja tahun baru 2013
sekarang sudah mendekati awal tahun 2014
rasaku tak banyak berubah
masih sama…tanpa cinta…

Tapi santai aja…masa’ mau nangis?
lagipula beberapa waktu belakangan ini airmataku sudah lumayan banyak terkuras karena sakit…
sakit yang sebenarnya lho, bukan sakit hati
sakit fisik, mulai dari penyakit lama yang kambuhan sampai dengan penyakit dadakan
jadi tahun ini sejujurnya aku banyak cuti karena sakit
kalau ditotalin cutinya sampai berminggu-minggu
untungnya tempat kerjaku bisa sedikit lebih fleksible 😀

Desember,,,
I Love this month
dibulan inilah aku dilahirkan hampir 33 tahun yang lalu
cucu perempuan yang diidamkan almarhum kakekku
karena dari 4 orang cucunya belum ada yang perempuan
dan sejak dalam kandungan kakekku yakin kalau yang dikandung ibuku waktu itu adalah perempuan
Beliau juga pastinya ingin sekali menimang aku yang ketika itu bakal jadi cucu perempuan pertamanya
kata nenek,,,Kai'(panggilanku terhadap alm.kakekku) bahagia sekali membayangkan bakal punya cucu perempuan, bahkan beliau sering pamer duluan sama para tetangga kalau bakal punya cucu perempuan meski aku belum dilahirkan…hihi….lucu juga mendengar betapa Kai’ membanggakan aku yang waktu itu masih dalam kandungan. Mungkin Kai’ tak sabar ingin melihat cucu perempuannya lahir.

Namun Allah berkehendak lain, 6 bulan sebelum aku dilahirkan kedunia, Kai’ku dipanggil-Nya.
aku tak pernah berjumpa beliau, tak pernah mendengar suara beliau, apalagi merasakan gendongan beliau.
namun aku yakin, Kai’ pasti selalu membanggakanku seperti aku yang membanggakan beliau meski belum pernah bertemu sekalipun hanya lewat mimpi. Hanya Al-Fatihah dan serangkaian doa yang bisa kukirimkan untuk mengobati kerinduanku pada Kai’ku.

Desember,,,
Aku menyukai bulan ini yang nama depannya sama dengan nama depan namaku “De”
sampai Desember 2013 mungkin masih banyak pengalaman, kejadian yang tak membahagiakan aku
sampai Desember 2013 mungkin masih ada secuil rasa ‘tak perlu’ yang tersisa dihatiku
sampai Desember 2013 aku masih diberi waktu sendiri oleh-Nya
aku tahu…sampai detik ini aku belum lagi jatuh cinta
aku pernah suka, yang kadang terkesan kupaksakan
namun tak lama…hanya hitungan minggu, bahkan hitungan hari
aku tahu…rasa ini bukan aku yang mengatur, meski aku yang mau
memang, mau tak mau, suka tak suka, harus kuakui…kalau aku
masih susah jatuh cinta
masih susah berpaling
masih susah melupakan
sepertinya semua terasa tak cocok bagiku
meskipun aku tahu konsep “no body’s perfect”…

Desember,,,
biarlah bulan ini kulalui atas kehendak-Nya saja
dengan apa, siapa dan bagaimana
Allah pasti beri bahagia…

🙂 🙂 🙂

sakit tak terduga

Diary april,,,
Kamis pagi 11 april 2013 berangkat dari sangatta, tengah hari sekitar jam 2 siang sampai samarinda kemudian langsung menuju hotel, istirahat sebentar malamnya langsung menuju rumah sakit. Setelah menunggu hampir 2 jam, dokter yang ditunggupun datang, drg. Abdul Muin, Sp.BM adalah dokter yang mau kutemui malam itu. Setelah memeriksa berkas-berkas yang kubawa dari SOS klinik sangatta kemudian dilakukan pemeriksaan, setelah itu tanpa kuduga dokternya langsung bilang “malam ini langsung rawat inap ya”….JRENGGGG…kaget plus deg-degan, bukannya apa-apa sih, cuma aku mikir mulai besok persiapan segala sesuatunya, ternyata kata dokternya untuk bisa operasi besok pagi maka persiapannya harus mulai malam ini, persiapan administrasi termasuk kondisi fisikku juga.

Jadilah malam itu aku mengurus segala keperluan administrasi yang ‘cukup’ ribet dan pemeriksaan kesehatan yang juga cukup menyakitkan buatku 😦
aku termasuk orang yang takut sama jarum suntik, nah malam itu aku harus merasakan sakitnya jarum suntik untuk pengambilan darah, kemudian tensi, rekam jantung dan lain-lain….hedehhhh benar-benar proses yang tidak menyenangkan tapi harus kulalui 😦

Setelah cukup lama menjalani berbagai proses pemeriksaan kesehatan, aku balik lagi kehotel untuk mengambil beberapa pakaian dan perlengkapan sholat, karena malam itu harus mulai tidur di rumah sakit. Setelah berada didalam kamar perawatan kelas I RSHD samarinda, bukannya bisa langsung istirahat tapi harus membaca, mengisi dan menandatangani berbagai macam surat persetujuan untuk operasi keesokan harinya.

Jumat pagi 12 april 2013 sekitar jam 8 pagi, aku dibawa menuju kamar operasi, disana pake disuntik lagi….hadohhhhh kali ini bener-bener terasa banget sakitnya suntikan si dokter anestesi, bahkan suntikannya masih terasa sampai hari ini…hiks. Selang beberapa menit setelah suntik bius, akupun sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Sekitar jam 10 pagi saat pertama kali membuka mata pasca operasi, yang kurasakan adalah mual luar biasa. Sidokter anestesi yang berada disampingku langsung meminta perawat untuk mengambilkan kain yang ditempatkan disamping bantalku untuk menampung (maaf) muntahku. Setelah itu akupun langsung dibawa kembali kekamar perawatan. Disana rasa mualku makin menjadi-jadi, kepalaku pusing, badan lemas bahkan untuk bisa dudukpun susah. Kejadian ini berlangsung sampai keesokan harinya. Karena kondisiku yang terus memburuk pasca operasi, maka perawatpun berkonsultasi dengan dokter yang menanganiku. Setelah melihat kondisiku yang terus menerus muntah hampir tanpa jeda, maka dokter Muin yang menanganiku pun berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Selain karena memang merupakan salah satu dampak dari anestesi total adalah mual dan muntah, diperparah lagi dengan obat-obatan yang diberikan untuk mengatasi rasa nyeri pasca operasi yang ternyata berdampak buruk pada lambungku, dan menyebabkan gastritis akut 😦

Setelah ditangani dokter spesialis penyakit dalam, dosis pemberian obat-obatan tersebut akhirnya dikurangi (tidak bisa langsung dihentikan, karena kuatir berdampak buruk pada luka operasi) dan ditambahkan dengan obat-obatan dari dokter spesialis penyakit dalam. Hhhhhhh…tujuannya kerumah sakit ini hanya untuk menemui satu dokter, eh malah ditangani oleh 2 dokter spesialis sekaligus.

4 hari 4 malam aku berada di rumah sakit, bener-bener gak nyangka bakal selama itu, aku pikir habis operasi paling rawat inap satu hari setelah itu bisa langsung jalan-jalan menikmati kota Samarinda, eh jangankan mau jalan-jalan…buat makan aja ternyata aku gak bisa 😦

Yah itulah rencana manusia, Tuhan juga yang menentukan…

Alhamdulillah senin pagi 15 april aku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, belum sembuh sih sebenarnya, tapi lebih baik istirahat di rumah sendiri daripada berlama-lama dirumah sakit, selain terasa bosen…biayanya juga muahalllll 😀 , eh tapi lain lagi pendapat lala, anakku bilang “mamah keliatan lebih putih lho sekarang”…ya iya lah, hampir seminggu gak kena matahari kok..hehe..ada-ada aja anakku ^_^

thanks to ibu, papah dan my lovely lala yang udah mau nemenin mamah selama sakit yach LOVE u all ^_^